Rabu, 20 April 2011

ULAT BULU DI BALI? JANGAN PANIK

“Fenomena ulat bulu di Bali sudah menjadi isu internasional, dan tampaknya perlu pemahaman yang lebih untuk  menyikapi ulat bulu ini.” ungkap Prof. I Wayan Supartha salah satu tim peneliti wabah ulat bulu di Bali dari Fakultas Pertanian, Universitas Udayana dalam seminar Bioekologi dan Rekomendasi Pengendalian Ulat Bulu yang diadakan di Ruang Sidang Lantai 3 Pasca Sarjana Universitas Udayana (20/4/2011).

Seminar yang diadakan selama tiga jam, tampaknya banyak menyedot perhatian kalangan dosen, dinas terkait, maupun mahasiswa.  Menurut I Putu Sudiarta selaku ketua panitia seminar mengatakan bahwa tujuan diadakan seminar ini agar tidak terjadi kesimpangsiuran informasi mengenai wabah ulat bulu yang menyerang di beberapa kabupaten di Bali.

Pada seminar tersebut, dibahas hasil penelitian dari tim peneliti ulat bulu Fakultas Pertanian Universitas Udayana yang menyebabkan meledaknya populasi hama ulat bulu di Bali. Kasus meledaknya populasi hama ulat bulu di Bali ini pertama kali ditemukan di Desa Bakti Seraga, Buleleng. Hanya hitungan hari, wabah ulat bulu sudah menyebar di beberapa kabupaten di Bali, seperti Kota Denpasar, Gianyar, Jembarana, Karangasem, Klungkung, dan Tabanan.

Melihat penyebaran ulat bulu yang begitu cepat serta pemberitaan di media massa yang cukup menghebohkan masyarakat, tim peneliti Fakultas Pertanian Universitas Udayana bekerja sama Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali segera melakukan pengecekan. Dari hasil yang diperoleh, salah satu spesies ulat bulu yang berhasil diidentifikasi yaitu dari famili Lymantriidae.
Prof. Ir. I Wayan Susila MS (paling kiri), Prof. Dr. I Wayan Supartha MS (dua dari kiri), Ir. I Ketut Sumiartha M.Agr (dua dari kanan), dan Dr. Alit Susanta M.Agr (paling kanan)

“Ciri-ciri spesies ulat bulu yang ditemukan di Buleleng memiliki kesamaan dengan yang ditemukan di Probolinggo, dan ulat bulu tersebut memang dari daerah Buleleng, bukan dari Probolinggo.” ungkap Prof. I Wayan Susila, tim peneliti ulat bulu Fakultas Pertanian Unud.

Faktor cuaca yang berubah-ubah menjadi pemicu timbulnya ledakan populasi ulat bulu di Bali. Selain itu, juga diungkapkan timbulnya ledakan populasi ulat bulu disebabkan oleh rendahnya musuh alami yang menjadi predator dari ulat bulu. Predator ulat bulu seperti burung dan semut rang-rang kini banyak diburu untuk kebutuhan lain karena bernilai ekonomi yang tinggi. Sehingga, karena tidak ada mangsa yang memakan ulat bulu, tingkat populasinya meningkat seiring dengan tidak adanya faktor penghambat. “Musuh alami merupakan faktor pembatas yang sifatnya bertautan padat. Maksudnya ialah musuh alami akan bekerja jika ada populasi mangsanya.” kata Prof. I Wayan Susila.

Ketika ditanya mengenai teknik pengendalian ulat bulu, banyak cara yang diungkapkan baik dari para ahli Fakultas Pertanian Unud dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali. Menurut Sudiarta, teknik pengendalian ulat bulu dalam skala  kecil dapat dilakukan secara mekanik. “Jika ditemukan ulat bulu dengan jumlah yang ga banyak bisa langsung dimatikan. Bisa juga pakai pestisida nabati seperti daun mimba untuk menekan populasinya. Lihat pula musuh alaminya agar tidak cepat-cepat mengambil tindakan menggunakan pestisida buatan.” ungkap Sudiarta.

Sudiarta juga menambahkan bahwa masyarakat tidak perlu resah terhadap wabah ulat bulu yang menyerang di Bali.  “Fenomena ulat bulu ini sudah ada sebelumnya, Cuma karena pemberitaan di media massa yang berlebihan membuat khawatir masyarakat. Jadi masyarakat diharapkan mempunyai pemahaman yang lebih terhadap fenomena ulat bulu ini.” kata Sudiarta.(Ent&Ogi/Khlo)

2 komentar:

  1. wow, khlorofil wajah baru. great great, and update. itu yg penting.

    "betul, betul, betul, (koma)" ujar ipin. hehe

    BalasHapus
  2. sebenarnya beberapa tahun lalu juga sdh pernah terjadi wabah ulat bulu di cimahi.. daun tanaman mangga seperti kain dibordir.. penyerangannya menjelang magrib sp malam hari.. saya menggunakan pestisida nabati (simba) yg diproduksi oleh PAU ITB. alhamdulillah sampai saat ini masih aman. mudah2an tdk terulang lagi. saya menanam pohon nimba di dekat tanaman mangga.. mudah2an bisa menjadi penangkal alami..

    BalasHapus